Catatan Perjalanan :
Keliling
Setengah Amerika
32.
Ketika Kemalaman Tiba Di Chicago
Hari
Selasa, 11 Juli 2000, menjelang jam 10:00 pagi kami meninggalkan
hotel di Niagara Falls. Hari ini kami akan menempuh perjalanan
cukup jauh dari Niagara Falls menuju ke arah barat ke kota
Chicago di negara bagian Illinois. Jarak yang harus kami tempuh
sekitar 590 mil (944 km). Kami sangat-sangat bersyukur, bahwa
hingga hari kesebelas ini, kami semua masih dalam kondisi
sehat-walafiat. Saya, istri, anak-anak dan termasuk kendaraan
kami. Terutama sopir tunggalnya, alhamdulillah, masih
dalam kondisi prima untuk melanjutkan perjalanan kembali ke New
Orleans.
Jarak
langsung dari Niagara Falls ke New Orleans adalah sekitar 1.265
mil (2.024 km) yang sebenarnya dapat ditempuh dalam dua hari
perjalanan dengan rata-rata berjalan 11 jam per hari. Namun demi
memenuhi sebuah obsesi ingin melihat sebanyak mungkin wilayah
Amerika, maka kami mengambil rute menuju ke arah barat menyusuri
jalur paling utara di daratan Amerika. Setelah itu baru membelok
ke selatan membelah jalur tengah yang menuju ke New Orleans. Rute
melingkar ini saya perkirakan akan makan waktu lima hari
perjalanan.
***
Keluar
dari kota Niagara Falls saya langsung menuju ke arah selatan
mengikuti jalan Interstate 190 (I-190). Belum jauh menyeberangi
Grand Island, ternyata saya kebablasan sehingga masuk ke kota
Buffalo. Kota Buffalo yang berdiri pada elevasi sekitar 207 m di
atas permukaan laut ini adalah kota yang hampir selalu dilalui
oleh para wisatawan kalau akan menuju ke Niagara Falls. Meskipun
jumlah penduduknya hanya sekitar 310.000 jiwa, namun ini adalah
kota terbesar kedua di wilayah negara bagian New York setelah
kota New York City.
Berbeda
dengan nama Pulau Kambing (Goat Island) di Niagara Falls yang ada
hubungannya dengan gembala kambing, tentang kota Buffalo hingga
kini tak seorangpun dapat menjelaskan kenapa kota ini diberi nama
Buffalo (kerbau). Ironisnya, tidak pernah dijumpai adanya kerbau
di Buffalo, tidak juga di kebun binatangnya yang bernama Buffalo
Zoological Gardens. Hanya ada satu teori yang agak pas, bahwa
kata buffalo berasal dari salah ucap kata bahasa Perancis beau
fleuve yang artinya sungai yang indah, dan sungai yang
dimaksud adalah sungai Niagara.
Agar
tidak kelamaan putar-putar kota Buffalo, saya putuskan saja untuk
kembali ke jalan I-290 yang selanjutnya menuju ke jalan I-90 yang
pada peta tampak berada menyusuri sepanjang pinggir selatan danau
Erie. Sekitar sejam kemudian saya sudah memasuki wilayah negara
bagian Pennsylvania di bagian sudut barat laut.
Tidak
sampai satu jam kemudian, saya lalu masuk ke wilayah negara
bagian Ohio. Negara bagian Ohio mempunyai nama julukan sebagai
Buckeye State dengan ibukotanya di Columbus. Terus
saja saya melaju di jalan I-90 menuju kota Cleveland dan Toledo.
Di
kota Cleveland, sengaja saya mengambil rute yang melintas di
dalam kota. Namun ini berakibat saya salah mengambil lajur jalan
sesaat setelah melewati kota ini. Rencana semula saya akan
kembali ke jalan bebas hambatan I-90/I-80 yang di wilayah ini
disebut juga dengan jalan Ohio Turnpike. Daripada saya berbalik
arah, saya memutuskan untuk tetap mengikuti jalan yang tidak saya
rencanakan ini.
Jalan
yang berada sejajar di sebelah utara I-90/I-80 ini juga akan
menuju ke Toledo. Bedanya setengah dari rute ini nantinya berupa
jalan Highway yang memberikan batas kecepatan maksimum lebih
rendah (sekitar 55-60 mil/jam) dibanding Interstate (sekitar
70-75 mil/jam). Tapi ya dasar sedang tidak beruntung, pada
kira-kira sepertiga bagian menjelang tiba di Toledo ada pekerjaan
perbaikan jalan, sehingga harus mengurangi kecepatan lagi. Dari
sini saya sudah mulai berhitung, bahwa kelihatannya saya akan
kehilangan waktu perjalanan, minimal satu jam.
Tiba
di kota Toledo waktu sudah menunjukkan sekitar jam 6:00 sore
dengan cuaca yang masih sangat cerah layaknya siang saja.
Melewati kota Toledo saya langsung masuk ke jalan bebas hambatan
Highway 23 yang menuju ke arah utara.
Tidak
lama kemudian saya masuk ke wilayah negara bagian Michigan yang
mempunyai nama julukan sebagai Great Lakes State yang
beribukota di Lansing. Detroit adalah kota terbesar di negara
bagian Michigan yang terkenal karena industri otomotifnya.
Mempertimbangkan keterbatasan waktu, kami memang tidak ada
rencana untuk singgahi di Detroit.
Belum
jauh masuk ke wilayah negara bagian Michigan, saya membelok ke
jalan State Road 223 (SR-223) yang menuju ke barat. Jalan ini
nantinya akan bertemu dengan SR 127 lalu SR 12 hingga akhirnya
akan sampai ke I-69 yang melintang utara-selatan. Jalan State
Road sepanjang kira-kira 121 km ini dapat dikatakan sebagai rute
pedesaan Michigan yang banyak melintasi areal pertanian. Di
sebelah kiri dan kanan jalan membentang luas ladang-ladang jagung
dan disana-sini tampak bangunan silo (gudang tempat penyimpanan
hasil pertanian) jagung yang berdiri seperti bangunan menara.
Beberapa
kota kecil saya lintasi, diantaranya Blissfield, Rome Center,
Somerset, Jonesville dan Quincy. Kota-kota ini umumnya
berpopulasi beberapa ribuan saja, karena itu tampak sepi dan
tenang. Di beberapa lokasi masih tampak berdiri bangunan-bangunan
tua. Akhirnya saya tiba di jalan bebas hambatan I-69 dan lalu
membelok ke selatan untuk kembali ke jalan I-90 yang menyatu
dengan I-80.
Menjelang
bertemu dengan jalan I-90/I-80, kami telah meninggalkan negara
bagian Michigan yang sebenarnya kami lalui hanya untuk sekedar
numpang lewat saja. Kini kami tiba di wilayah negara bagian
Indiana yang mempunyai nama julukan sebagai Hoosier
State dan beribukota di Indianapolis.
Hari
sudah gelap saat mulai menyusuri jalan I-90/I-80 yang di wilayah
ini disebut juga dengan jalan North Indiana Turnpike. Melalui
jalan I-90/I-80 ini selanjutnya saya melaju lurus ke arah barat
menuju kota Chicago. Saya perkirakan masih diperlukan waktu
sekitar 3 jam lagi. Perjalanan malam ini memang agak saya
paksakan, sebab jika tidak maka besoknya saya akan ketinggalan
waktu dan jarak tempuh dari rencana perjalanan yang sudah
direncanakan.
Di
Indiana sebenarnya juga terdapat banyak obyek menarik. Satu di
antaranya adalah sebuah perkampungan tradisional dari komunitas
masyarakat Amish di sekitar kota Shipshewana dan Nappanee,
seperti halnya yang terdapat di negara bagian Pennsylvania. Tapi
memang sejak semula saya tidak merencanakan untuk mengunjunginya
disebabkan karena hari sudah malam saat kami sampai di daerah
ini.
Ada
obyek menarik lainnya di kota South Bend, yaitu perguruan tinggi
tua University of Notre Dame yang berdiri tahun 1842. Saya sering
mendengar nama universitas ini sebelumnya yang kalau menilik
namanya saya menduga bahwa ini adalah nama sebuah universitas di
negeri Belanda atau wilayah lain di Eropa. Rupanya dugaan saya
salah, Universisty of Notre Dame ternyata berada di negara bagian
Indiana.
***
Menjelang
tiba di kota Chicago sekitar jam 11:00 malam, kami tinggalkan
Indiana dan lalu masuk ke negara bagian Illinois yang mempunyai
nama julukan sebagai Land of Lincoln dengan
ibukotanya di Springfield. Kota terbesarnya adalah Chicago yang
malam ini menjadi tujuan kami. Illinois adalah negara bagian
ke-25 yang kami kunjungi di hari kesebelas ini, setelah
sebelumnya melintasi negara bagian Ohio, Michigan dan Indiana.
Akhirnya
sekitar tengah malam kami memasuki kota Chicago yang berpopulasi
sekitar 2,8 juta jiwa dan terletak pada elevasi 203 m di atas
permukaan laut. Jalanan sudah sepi, sehingga dengan lancar saya
dapat melintasi jalan layang I-90/I-94 yang membelah kota. Dari
atas jalan layang ini tampak kerlap-kerlip lampu dari
gedung-gedung tinggi yang banyak bertebaran di kota Chicago.
Kota
Chicago juga dijuluki dengan Windy City. Julukan ini
diberikan bukan karena letak kota Chicago yang berada di ujung
selatan danau Michigan sehingga banyak dihembus angin, melainkan
karena reputasi kota ini dengan riuh-rendah aktifitas para
politikusnya. Saya kurang tahu persis sejarah yang
melatar-belakanginya sehingga dijuluki demikian.
Secara
etimologis, nama Chicago berasal dari bahasa Indian Illini :
che-cau-gou yang berarti kuat atau besar,
tetapi ada juga yang mengartikan sebagai bawang liar. Pertama
kali daerah ini ditemukan pada tahun 1673 oleh seorang
missionaris kelahiran Perancis bernama Father Jacques Marquette
dan seorang penjelajah dan pembuat peta bangsa Canada bernama
Louis Jolliet. Namun resminya kota ini terbentuk pada tanggal 12
Agustus 1833, yang waktu itu baru berpopulasi sekitar 350 jiwa.
Tahun
1871, kebakaran hebat telah menghancurkan kota Chicago hingga
sepertiga penduduknya kehilangan tempat tinggal. Menyisakan dua
bangunan umum yang selamat yaitu Old Water Tower dan stasiun
pompanya. Menara air itu kini menjadi salah satu simbol
kebanggaan para Chicagoan (sebutan untuk masyarakat Chicago).
Malam
itu saya mencari hotel di lokasi agak di pinggir kota, di sisi
barat laut Chicago, agar esok harinya lebih mudah untuk
melanjutkan perjalanan keluar kota. Sebelumnya memang ada rencana
kami ingin jalan-jalan ke kota sekedar ingin menikmati suasana
malam downtown Chicago.
Namun
rencana tinggal rencana, karena ternyata tiba di Chicago hari
sudah larut malam, meskipun sebenarnya malam itu kami diuntungkan
satu jam dengan adanya beda waktu antara wilayah Indiana yang
berada di zona waktu Amerika Timur dengan Illinois yang berada di
zona waktu Amerika Tengah.
Ya,
kami memang kemalaman tiba di Chicago, sementara pemesanan hotel
belum dilakukan. Oleh karena itu saya harus siap menghadapi
kenyataan seperti ketika tiba di kota Lebanon malam Minggu yang
lalu, dimana saya kesulitan mencari kamar hotel. Benar juga,
hotel pertama yang saya datangi ternyata sudah penuh. Padahal
saya sudah merasa malas untuk kembali masuk ke jalan I-90 untuk
mencari hotel di lokasi lain.
Saya
coba minta petunjuk kepada penjaga hotel, di mana kira-kira ada
hotel lain di sekitar daerah situ. Penjaga hotel, seorang bapak
tua dan gemuk, cukup berbaik hati memberi ancar-ancar jalan
menuju dua buah hotel lain yang untuk mencapainya saya tidak
harus kembali masuk ke jalan I-90.
Lha kok ya
kebetulan sekali, hotel kedua yang saya datangi kemudian ternyata
masih punya sebuah kamar kosong untuk malam itu. Cuma, kata
petugas hotel yang menilik wajahnya saya yakin orang India,
tinggal ada satu-satunya kamar dan itu juga non-smoking room.
Tidak ada lagi waktu untuk pilih-pilih. Toh, hanya untuk
numpang istirahat sejenak dan buang hajat saja, karena
perjalanan panjang masih akan kami mulai lagi besok paginya.-
(Besambung)
Yusuf Iskandar